Foto by : Yudha Aulia Rahman
Kabupaten ini pernah ditetapkan sebagai ibukota Republik Indonesia kedua pada tanggal 18 Juni 1948 yakni tepat pada saat Agresi Militer Belanda II (1947-1948)dalam mempertahankan RI dari penjajah. Ironisnya, setelah 68 tahun Indonesia Merdeka, Bireuen belum memiliki Monumen sebagai Kota Juang. Julukan Kota Juang Bireuen Dikukuhkan kembali oleh Letjen Purn Bustanil Arifin pada 1987. Acara itu dihadiri sejumlah tokoh, termasuk Gubernur Aceh pada masa itu.
Saat ini Kota Bireuen perkembangan nya sangat pesat, apalagi kota ini sangat strategis karena terletak diantara diantara Kota Lhokseumawe, Takengon dan Kota Banda Aceh. Kabupaten Bireuen juga terkenal di bidang kulinernya diantaranya Mie Kocok Geurugok (Gandapura), Rujak Manis dan Bakso Gatok ( Kuta Blang), Sate Matang (Peusangan) Bu Sie Itek dan Nagasari.
Foto by : Yuda Aulia Rahman
Yang paling terkenal ialah Sate Apaleh Matang Geurugok yang terletak di Desa Geurugok, Kecamatan Gandapura. Sate daging sapi dan daging kambing ini terkenal seantero Aceh. Tak hanya warga sekitar Kota Bireuen dan Pengunjung yang mengunakan lintas Sumatera, tetapi para Pejabat pun sering singgah dan duduk bersama sambil menikmati Sate.
Kota bireuen yang merupakan pusat pemerintahan Kabupaten Bireuen juga sangat indah apalagi kalau kita abadikan di malam hari. Mata anda akan tersohor dengan gemerlap terang Kota Bireuen, terlebih lagi jika anda berada di Simpang IV Kota Bireuen. Keindahan Tugu ditengah-tengah simpang IV kota Bireuen menambah keindahannya dengan lalu-lalang bus dari segala arah.
Penulis: Gilang Rizky Ramadhan & Anggi Rezza Priyanto
Foto: Yuda Aulia Rahmat
Post a Comment